
Tahun
1919-1920 jabatan kelian banjar digantikan
oleh I Gusti Made Endra. Kepemimpinannya telah menunjukkan adanya perubahan
perkembangan perekonomian masyarakat khususnya di bidang pertanian. Kemajuan dalam
bidang pertanian tersebut sudah barang tentu mengundang para pedagang ” Pengalu” untuk menjual dan membeli ataupun mengadakan
tukar-menukar atas barang yang dimiliki dan yang diperlukan masing-masing.
Karena merupakan pemukiman baru, sarana dan prasarana di Banjar Sari tidaklah begitu
bagus, seperti misalnya jalanan yang selalu becek dan berlumpur ketika hujan.
Keadaan tersebut menyebabkan para pedagang atau pengalu menyebut Banjar Sari
dengan nama Banjar Benyah.
Pada tahun 1920 jabatan kelian banjar dipegang oleh I Gusti Made
Murka. Beliau merupakan seorang pejuang kemerdekaan RI dan gugur dalam melawan
penjajah Belanda bersama kakak kandungnya I Gusti Ketut Teja. Tahun 1942-1947
jabatan kelian banjar dipegang oleh
Pan Nadi Rasma. Pada tahun 1947-1948 jabatan kelian banjar dipegang oleh I Gusti Kompyang Singaraja. Pada saat
kepemimpinannya keadaan masyarakat tidak stabil sehingga Banjar Benyah dipimpin oleh dua orang pemimpin antara lain bagian
utara dipegang oleh Pan Widia Merta selama 11,5 bulan kemudian diteruskan oleh
Pan Nila selama 16 tahun. Sedangkan dibagian selatan dipimpin oleh Nengah Raja
yang kemudian dilanjutkan oleh Wayan Sukertha. Melihat keadaan seperti tersebut
maka timbullah ide untuk memperjuangkan Banjar
Benyah menjadi desa mandiri terlepas dari bagian wilayah Desa Gitgit.
Atas perjuangan I Gusti Nyoman Sadra
dan Pan Nila, maka pada tahun 1954, Banjar
Benyah diberikan izin untuk berdiri sendiri menjadi Desa Benyah. Jabatan kelian Manca pada saat itu dipegang oleh
I Gusti Nyoman Sadra sampai dengan tahun 1957 kemudian dari tahun 1957-1965
jabatan kelian Manca dipegang oleh I
Nyoman Koyan. Dari tahun 1965-1995 jabatan kelian
Manca dipegang oleh I Wayan Widia selama setahun 6 bulan. Selanjutnya
istilah Manca diganti dengan kaprebekelan dimana pada saat itu I Wayan Widia langsung dipilih
sebagai pimpinan. Atas perjuangan I Wayan Widia, pada tahun 1966 nama Desa
Benyah diganti oleh pemerintah menjadi Desa Pancasari. Adanya ide mengganti
nama Desa Benyah menjadi Desa Pancasari disebabkan karena masyarakat sering
mengalami malapetaka seperti banjir, longsor dan hujan badai yang sangat
dahsyat dan banyak menimbulkan korban jiwa maupun harta benda.
Kepanikan masyarakat saat itu
menjadi inisiatif para penglingsir desa
untuk mengadakan musyawarah karena desa terus mengalami kehancuran (benyah).
Maka saat musyawarah itu diusulkan beberapa nama desa antara lain Desa Karma
Pala, Desa Darma Saba, Desa Darma Laksana dan lain-lain, namun dari sekian nama
tersebut tidak satupun yang dimufakati. Akhirnya oleh bapak I Wayan Widia yang
secara gaib telah mendapat pawisik,
bahwa nama Desa Benyah haruslah diganti namanya menjadi Desa Pancasari.
Keesokan harinya pawisik tersebut
disampaikan pada paruman desa. Nama
Pancasari dapat diterima menjadi nama desa, dengan suatu pertimbangan tiga banjar yang ada, yaitu Banjaran Wates, Banjaran Kelod, dan Banjaran Sari
ditambah dua banjaran lagi yaitu Banjaran Kaja dan Banjaran Kauh sehingga menjadi lima Banjaran Sari.
Nama banjaran tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi Banjar Sari Kelod, Banjar Sari Kangin (dulu banjaran
Sari), Banjar Sari Kauh, Banjar Sari Kaja dan Banjar Sari Tengah (dulu banjaran Wates). Kelima banjar tersebut mewujudkan kelengkapan
dari lima arah mata angin yang di dalam ajaran agama Hindu, yang bertujuan
untuk mencapai keseimbangan kehidupan antara Bhuana Agung dan Bhuana Alit
( Nyoman Patia, wawancara Kamis 2 Mei 2013)
fotony tidak kelihatan, jadi saya tidak tahu keadaan desa pancasari
ReplyDeletekalau bisa tambahkan wisata yang ada di desa pancasari :)
ReplyDeleteOkay terima kasih masukanya. Nanti segera di perbaharui 😁
ReplyDeleteWow... Terimakasih infonya...
ReplyDeleteWow... Terimakasih infonya...
ReplyDeletePada tahun 1920 jabatan kelian banjar dipegang oleh I Gusti Made Murka. Beliau merupakan seorang pejuang kemerdekaan RI dan gugur dalam melawan penjajah Belanda bersama kakak kandungnya I Gusti Ketut Teja. (Revisi sedikit, I Gusti Ketut Teja adalah adiknya dari I Gusti Made Murka)
ReplyDelete