Sunday, November 13, 2016

Kesenian Angklung Di Desa Pancasari Terancam Punah



Angklung Dharma Budaya Terancam Tidak Memiliki Generasi Penerus

Angklung adalah sebuah kesenian di bidang gambelan musik, di bali angklung adalah sebuah gambelan atau musik yang tak bisa lepas dari masyarakat umat hindu, angklung menjadi pengiring dalam setiap upacara agama hindu yang ada di bali. Salah satu angklung yang ada di Desa Pancasari yaitu Angklung Dharma Budaya, angklung ini adalah angklung pertama dan satu-satunya ada di wilayah buleleng yakni pada tahun 1957 yang awalnya berdiri di Desa Taman Sari, Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Bali, Angklung Dharma Budaya ini awalnya di bentuk oleh para leluhur atau penglingsir, adapun yang menjadi pendiri dari Angklung Dharma Budaya ini diantaranya yaitu Kakek Nila, Kakek Diah, Kakek Nadri, Kakek Nuka, Kakek Jinah, Kakek Awin, Kakek Widia, Kakek, Pan Mandi, Wa Mandi, Kakek Tarki, Made Kondra, Gusti Made Kondra, Kakek Madet, Kakek Sumadra, itulah para penglingsir atau leluhur yang menjadi pencetus terbentuknya Angklung Dharma Budaya saat ini. Begitu panjang perjalanan dari Angklung Dharma Budaya ini.
Angklung Dharma Budaya ini sudah malang melintang, permintaan untuk manggung sudah banyak sekali tidak dapat dihitung, adapun tempat manggung atau yang biasanya disebut kupahan ini seperti di Desa Asah Gobleg, Desa Pucak Manik, Desa Pucak Landep, Desa Wanagiri, Desa Gitgit, bahkan sampai keluar kabupaten Buleleng yaitu, Desa Kembang Merta, Desa Candi Kuning bahkan sampai ikut Festival seni Bali. Biasanya Angklung Dharma Budaya ini melakukan latihan setiap satu minggu sekali, ini dilakukan untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan dari masing-masing anggota Angklung Dharma Budaya. Adapun yang menjadi ketua dari Angklung Dharma Budaya saat ini adalah Kadek Widia, yang menjadi sekretaris adalah Kadek Sukarena dan yang menjadi bendahara adalah I Nengah Merta.
Anggota Angklung Dharma Budaya saat ini kebanyakan adalah cucu dari pendiri Angklung Dharma Budaya tersebut, dalam perekrutan anggota ini Angklung Dharma Budaya memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk bergabung dan ikut serta untuk melestarikan kesenian dari Bali ini. Rata-rata personil atau anggota dari Angklung Dharma Budaya ini sudah berumur 40 tahunan. Saat ini tarif untuk sehari kupahan yaitu sebesar Rp. 3000.000;  (Tiga Juta Rupiah), dan jika Angklung Dharma Budaya ini diminta untuk menghadiri acara dalam acara salah satu anggotanya maka tidak akan dikenakan tarif alias gratis. Sampai saat ini Angklung Dharma Budaya ini sudah memiliki 30 lagu atau nada yang biasanya di pentaskan.
Ada satu masalah yang sedang dialami Angklung Dharma Budaya ini yaitu Angklung Dharma Budaya ini terancam tidak memiliki generasi muda sebagai penerus untuk melanjutkan dan melestarikan kesenian angklung ini.  “memang benar saat ini Angklung Dharma Budaya terancam tidak memiliki generasi penerus untuk melanjutkan kesenian angklung ini, mungkin ini dikarenakan imbas dari arus globalisasi yang sangat pesat, banyak anak-anak yang mulai acuh akan kesenian dari asalnya salah satunya angklung ini, bahkan cucu saya saja kurang tertarik dengan kesenian ini, dia lebih suka menghabiskan waktunya untuk main Hand Phone, menanton TV, tetapi saya tidak putus asa, saya sering untuk membujuk cucu saya untuk saya ajarkan bagaimana memainkan salah satu alat musik dari anglung ini” ucap I Nengah Merta bendahara Angklung Dharma Budaya (wawancara 12/10/2016)

Ancaman ini sudah menjadi ancaman yang sangat serius jika tidak ada generasi penerus yang menjadi penerus dari kesenian ini maka sudah bisa di tebak kesenian angklung ini akan terus tergerus arus globalisasi dan biasa saja kesenian angklung ini akan menjadi punah. Begitu beragam kesenian yang ada dan dimiliki masyarat Bali yang semuanya itu berperan dalam kegiatan upacara dalam kehidupan bermasyarat. Kesenian ini tentunya sangat penting dan perlu untuk dilestarikan, agar dikemudian hari anak cucu kita tahu bahwa ada tradisi kesenian yang seperti ini salah satunya adalah kesenian angklung.

2 comments:

  1. Infonya (y) ternyata nama kakekku juga ada di sini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya terimakasi, kalo bisa informasikan kepada teman, saudara yang lain supaya mereka lebih mengenah lagi

      Delete