Sunday, December 4, 2016

Meong-Meongan Permainan Tradisional Bali yang Sudah Jarang Dimainkan

Meong-meongan adalah permainan tradisional Bali yang dimainkan oleh anak-anak dengan diiringi lagu meong-meong. Permainan ini menggambarkan usaha kucing yang dalam bahasa Bali disebut meng untuk menangkap tikus dalam bahasa Bali disebut bikul.
Permainan ini biasanya diikuti oleh delapan orang anak atau lebih, di mana seorang anak akan memerankan bikul dan seorang anak lagi akan berperan sebagai meng. Anak-anak lainnya akan membuat lingkaran untuk melindungi bikul. Bikul akan berada dalam lingkaran sementara meng akan berada di luar lingkaran selama anak-anak yang menjadi benteng pelindung bernyanyi. Meng baru diperbolehkan menangkap bikul kalau nyanyian sudah sampai pada kata-kata ‘juk-juk meng juk-juk meng juk-juk kul.’
Sarana dan prasarana yang digunakan anak-anak dalam memainkan permainan ini ialah lapangan luas yang ukurannya disesuaikan dengan banyak dan sedikitnya peserta. Lapangan biasanya berbentuk segi empat dan rata, dan akan dipilih tempat yang tidak mengandung banyak kerikil atau bebatuan tajam. Hal itu berkaitan dengan aturan main meong-meongan itu sendiri.

Aturan bermain dalam permainan tradisional ini ialah anak-anak akan menyiapkan seorang pemimpin. Setelah itu peserta membentuk barisan dalam satu syaf sambil menyanyikan lagu-lagu tertentu. Bagi Anda yang mendengar, lagu-

lagu tersebut tentunya memeriahkan suasana permainan. Sesudah barisan berbentuk lingkaran dengan satu aba-aba dan lagu berhenti, anak-anak akan berhenti kemudian menghadap ke tengah di mana pemimpin yang sudah ditunjuk itu berada. Setelah itu pemimpin akan mengadakan undian siapa yang akan terpilih sebagai meong dan bikul. Meong dan bikul terpilih akan menempati posisinya masing-masing. Dengan diringi nyanyian, maka permainan ini dimulai. Peserta yang menjadi benteng akan saling bergandengan tangan dan melindungi bikul dari meng. Dari luar benteng meng harus mampu meraih bikul. Dengan teraihnya (tertangkap) bikul permainan pun selesai dan bisa diulangi lagi dari awal.
Permainan ini bebas dimainkan oleh anak-anak, rata-rata umurnya 6-13 tahun. Pesertanya pun terdiri atas laki-laki dan perempuan.

Anda bisa saja menyaksikan anak-anak memainkan ini saat Anda berkunjung ke desa-desa adat di Bali seperti Desa Penglipuran, Desa Tenganan, atau ke Desa Trunyan. Walaupun begitu, di sekolah-sekolah dasar Bali, anak-anak juga masih memainkan permainan ini saat istirahat. Mungkin Anda bisa melihatnya sebentar ketika melintasi sekolah dasar di setiap pelosok kota Denpasar. Namun saat ini permainan ini sudah jarang dimainkan dan perlahan mulai terlupakan, ini akibat dari anak-anak saat ini lebih memilih memainkan permainan online yang ada pada handphone canggih saat ini.

Sumber: http://panduanwisata.id/2014/11/11/meong-meongan-permainan-tradisional-bali/

No comments:

Post a Comment